Sayembara Dewi Huma di pulau Laek dewa, tak satupun yang berhasil memenangkannya. Kesaktian sanghiang Jan sulit diukur bahkan diantara para putera Kahyangan Ondar-andir Buana pun tinggal gelanggang, diantaranya sanghiang Trembuku, Dewaesa, Erangbaya, dan lainnya. Mungkin belum waktunya untuk jodoh puteri prabu Setanalikaparma.
Suatu saat sanghiang Jan bertanya kepada kuda kesayangannya Abrapuspa, kuda yang dapat bicara layaknya manusia untuk memberi tahu orang sakti mana dan siapa yang dapat mengimbangi kedigjayaannya. karena tidak ada yang mengalahkannya Sang Jan merasa paling sakti dan didalam hatinya terbesit rasa untuk menjadi lananging jagat. Sang kuda Abrapuspa menjawab bahwa didaratan Hinggi terdapat seorang guru yang bernama Sayid Lata atau juga disebut Sayid Lakarsiti yang menyebarkan agama baru, namun sikuda melarang majikannya untuk menantang karena Sayid Lata adalah keturunan Nabi Syits putera dari sayid Anwas dari Nusa Malabari, akan tetapi nasihat Kuda Abrapuspa tidak digubris, mau tak mau sikuda menuruti kemauan majikannya untuk menuju tanah Hinggi.
Di tanah Hinggi, sayid Lata bersama sang Istri yang setia bernama siti Juha (dewi Ujwa) menetap di daratan tersebut demi menyebarkan agama tauhid. Walau berbagai teror dan ancaman dari pihak kesanghiangan dapat mereka tanggulangi, kesaktiannya tak bisa dianggap remeh maka tak heran para murid dan pengikutnya begitu pesat perkembangannya.
perjalanan sanghiang Jan sampai ditanah Hinggi. kedatangannya membawa tantangan, Murid-murid sayid Lata tumbang ditangan sanghiang Jan, mau tak mau sayid Lata harus meladeni. perang tanding tak dapat dihindari, namun pada akhirmya sanghiang Jan dibuat keteteran oleh sayid Lata. Aji pelumat, dan pusaka Pulanggeni andalannya pun tembleg tak mempan pada tubuh Sayid Lata. sanghiang Jan malu, mundur teratur meninggalkan tanah Hinggi.
kekalahan sang Jan membawa dendam dan rasa penasaran. bersama kuda Abrapuspa ia menuju tempat sang guru sekaligus eyang kakeknya sang Idzazil Laknatullah di tanah Lumat. Raja iblis begitu geram mendengar cerita anak cucu kesayangannya, terlebih sayid Lata adalah salah satu anak cucu adam musuh bebuyutannya. walau dengan cara licik dan keji sekalipun Idzazil harus membalas kekalahan sanghiang Jan maka diberilah kayu larangan sebuah dahan kayu yang bersal dari pohon Shidaratul Quldi. Maka siasat keji dijalankan.
Suatu malam kuda Abrapuspa ditugaskan mengintai kediaman Sayid Lata, walau didalam hatinya berontak ia tetap menjalankan tugas dari majikannya. suatu malam naas, sayid Lata dan Siti Juha ngelambangsari bersenggama seperti layaknya suami dan istri. Tak seperti biasanya malam itu mereka melakukannya dengan sepenuhnya tanpa berbusana. Kuda Abrapuspa memberi tahukan hal tersebut kepada sang Jan. segera sang Jan turun tangan dengan sangat mudah ia memasuki peraduan Sayid Lata dan Siti Juha, kayu larangan dihantamkan kepada mereka blass!!..
tubuh sayid lata dan siti Juha seketika berubah menjadi Arca batu (patung yang kelak dikenal dengan sebutan Patung Kamasutra).
Di Nusa Malabari sayid Suta bermimpi buruk, dalam mimpi tersebut ia melihat sang kakak sayid Lata dan iparnya siti Juha selalu menangis. maka untuk mengobati rasa khawatir dan rindunya pada sang kakak hari itu juga ia pamit untuk menengok saudaranya. ia yakin mimpinya ini merupakan firasat buruk. keberangkatannya direstui oleh Ayahanda Sayid Anwas bahkan diberinya bekal subuah batu permata hitam yang bernama batu nilam cahaya wangi dengan mengendarai hewan suci dari langit yang memiliki sayap dan mempunyai kecepatan sekejap mata. Berangkatlah sayid Suta menuju Tanah Hinggi.
Dengan Masing-masing meniti Hewan berkecepatan tinggi. Sanghiang Jan dengan Kuda Abrapuspanya berniat pulang menuju pulau Laek dewa dan Sayid Suta dengan tunggangannya yang berniat menjenguk sang kakak ditanah Hinggi, Lantas keduanya bertabrakan didirgantara. benturan itu sangat dasyat! Sanghiang Jan kaget bukan kepalang tubuhnya jatuh terhempas.
kemudian setelah mengetahui dan mengenal bahwa yang dihadapannya adalah sayid Suta adik dari sayid Lata, timbul kembali hasrat sanghiang Jan untuk sekalian melenyapkan keturunan Baginda Adam AS.
Sang kuda Abrapuspa mencoba melerai majikannya, namun tak digubris sama sekali. Pertarungan seru pun berlangsung. Mau tak mau sayid Suta harus meladeni karena Sang Jann rupanya tak main-main. Sang Jan merapal Ajian Pelumatnya sembari tangannya menggenggam Keris Pulanggeni.
Namun, untuk yang kesekian kalinya Sanghiang Jan terheran, Ajian sakti pelumat sekaligus keris pusakanya Pulanggeni tak mempan manakala mengenai tubuh sayid Suta. merah padam wajah sang Jan kemudian diraihlah Kayu Larangan pemberian Eyang Kakeknya Idzazil Laknatullah yang telah mengubah Sayid Lata dan Siti Juha Menjadi Arca batu. Kayu larangan diayunkan Kuat-kuat kearah dada Sayid Suta, namun kekuatan Batu Nilam cahaya Wangi pemberian ayahandanya Sayid Anwas dan kalimat-kalimat tauhid yang dirapalkan Sayid Suta melindungi tubuhnya.
Ledakan dasyat terjadi!
Bersamaan dengan hancurnya kayu larangan, keluarnya Sang Idzazil dari tubuh Sanghiang Jan. Tubuh Jan ambruk diatas bumi seperti karung tanpa isi. ia malu atas kekalahannya dan saat itu juga tubuh sang Jan Raib. moksa hilang entah kemana.
Kuda Abrapuspa kehilangan Majikannya. Abrapuspa merasa berdosa dan mengutuki perbuatannya, karena ialah yang menuturkan keberadaan Sayid Lata ditanah Hinggi, karena penuturannyalah yang akhirnya berakibat pertaka. Maka mulai detik itu juga Kuda Abrapuspa bersumpah untuk tidak akan pernah lagi berbicara layaknya manusia dan mulai detik itu juga Abrapuspa mengembara melanglang buana mencari keberadaan majikannya.
Nantikan Abrapuspa Bagian II.
Komentar
Posting Komentar